M.Nuh: Media yang Tidak Ekplorasi Data Di Era Digital, Akan Tertinggal

JABARNEWS | JAKARTA – Migrasi besar-besaran dari physical space (bentuk fisik) ke cyber space tak bisa dibendung di semua bidang. Tidak terkecuali civil society di bidang media yang dituntut pintar dan cermat dalam mengeksploitasi wilayah baru berbasis data tersebut, atau menghadapi resiko tertinggal.

Intensitas media yang menyajikan informasi, saat ini dan ke depan tidak selalu mengacu pada peristiwa saja. Sebagai cermin wajah baru di era digital, sebuah data bagi media menjadi kelengkapan referensi yang mendekatkan pada ilmu pengetahuan.

Demikian diungkapkan Ketua Dewan Pers (DP) Muhammad Nuh dalam dialog bersama Wakil Ketua Dewan Penasehat Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) M. Hatta Rajasa dan pengurus SMSI Pusat di Jakarta, Rabu (19/02/2020) malam.

”Lantas, siapa pun yang tidak mengeksplore ini (data, red) tentu akan tertinggal. Lalu apa golnya, tentu saja knowledge (ilmu pengetahuan). Mencerdaskan kehidupan bangsa,” ucap mantan Menteri Komunikasi dan Informatika ini.

Dia menambahkan, pola data informasi dan sistem tentu akan terus terbarukan. Sehingga nantinya akan ada basis data yang secara jelas dapat diolah menjadi informasi.

”Maka pendekatannya knowledge. Ini ada perkembangan society, lalu dijajarkan pada imaginer, di bawahnya ada basis, hasilnya fisik. Nah ini menjadi kombinasi yang memanfaatkan big data dan bermanfaat,” papar mantan Menteri Pendidikan Nasional itu.

Jika awalnya sambung M.Nuh, media hanya mengangkat beritas peristiwa, sekarang, akan lebih mendalam.

Baca Juga:  Erick Thohir Minta Pemain Timnas Indonesia U-24 Pelihara Tradisi Kemenangan di Asian Games

Dia mencontohkan, misalnya di depan itu ada peristiwa insiden tabrakan. Dulu penulisannya sebuah peristiwa. Tapi saat ini, semua dikombinasi. Mengapa sampai ada peristiwa tabrakan itu, bagaimana kondisi jalannya, dan masih banyak lagi lainnya yang secara jelas menuangkan data. Nah inilah pendekatan knowledge itu. Maka seperti saya sebutkan di awal, pentingnya mengekplorasi sebuah data,” terang pria kelahiran Surabaya 17 Juni 1959 itu.

Eksploitasi data dan pentingnya kreativitas, dia menegaskan, tentu akan melahirkan jurnalis-jurnalis yang kritis. Apa yang dipaparkan dalam pemberitaan, dipahami secara konstruktif.

”Jangan asal kritik. Saya dulu sering sekali dikritik tapi saya pahami ini bagian dari alam yang ada. Tapi sekarang kok rasanya menghilang ya, orang-orang yang mengkritisi saya itu, kemana mereka,” ucap lulusan S1 Teknik Elektro ITS pada 1983 itu.

Secara jelas Nuh juga menyambut baik, program prioritas SMSI yang saat ini sedang proses tahap akhir menjadi konstituen Dewan Pers.

”Dewan pers sangat menyambut baik apa yang menjadi harapan besar SMSI. Tahapan pun terus berjalan. Kalau pun ada yang tertinggal dalam proses faktual, pemenuhan syaratnya harus bolak-balik dan menunggu, ya maknai saja ini bagian dari proses itu,” ucap Nuh disambut aplaus.

Sementara Hatta Rajasa menyampaikan tentang media siber dan tantangan SDGs (Sustainable Development Goals) atau tujuan pembangunan berkelanjutan yang memiliki agenda utama mengurangi kemiskinan dunia.

Baca Juga:  300 ASN Terpapar COVID-19, Pemkot Bandung Tutup Balai Kota

”Bapak SBY merupakan sosok pencetus ini (SDGs, Red),” ujar Hatta mengawali perbincangannya.

SDGs sebuah program yang telah dikukuhkan bulan Mei 2013. SBY saat itu bersama dengan Perdana Menteri Inggris Raya David Cameron dan Presiden Liberia Ellen Johson-Sirleaf dan Wakil Sekretaris Jenderal PBB Jan Eliasson yang pada saat itu bertindak sebagai moderator.

”Tiga pemimpin bersama High Level Panel of Eminent Persons membahasnya. Dari Sustainable Development Agenda, tujuannya mengurangi secara signifikan kemiskinan sehingga bisa meningkatkan taraf hidup bangsa-bangsa di dunia dengan cara melaksanakan pembangunan yang disebut dengan sustainable development. Jadi yang namanya miskin ya, ya tuntas seperti misinya,” terang pria kelahiran Palembang, 18 Desember 1953 itu.

Poinnya Hatta menjelaskan, intinya diperlukan sumber daya yang tepat. Dorongan dan perhatian khusus. Tak terkecuali pada media yang bergerak pada sektor digitalisasi, siber. Kalau kita boleh usul perlunya dana insentif untuk mendorong percepatan ini. Dan menurut data Bank Dunia, Indonesia masih diurutan 100 ke bawah dalam pemanfaatan tekhnologi yang berbasi big data. Cukup jauh tertinggal dibandingkan negara-negara tetangga.

“Tapi jangan dibiarkan habitat manusia yang hidup di era digitalisasi modern, larut dalam sajian informasi yang tidak bermanfaat.Perlu kepedulian menyeluruh, sikap tegas dan upaya simultan agar kondisi yang terbangun selaras dengan apa yang diharapkan bangsa. ”Big data penting. Sajiannya pun penting. Dan di sini ada peran media untuk menyampaikannya. Jangan dibiarkan, tapi arahkan. Pemerintah juga harus sungguh-sungguh menciptakan keselarasan ini.Informasi yang baik, adalah informasi yang bermanfaat bagi anak-anak bangsa,” terangnya.

Di penghujung dialog yang dibarengi tanya jawab, Hatta juga mencermati dunia startup.

Baca Juga:  Rayakan Kemenangan Dengan Kesenangan, Muller: Itu Bukan Hal yang Sulit

Setiap tahun bahkan setiap bulan banyak startup baru bermunculan. Sekarang ini terdapat setidaknya lebih dari 1500 startup lokal. Ini menurut Daily Social. Artinya potensi pengguna internet di Indonesia yang semakin meningkat dari tahun ke tahun juga menjadi katalis mendirikan sebuah startup.

”Anda tentu tahu, masyarakat dari kalangan bawah, menengah sampai atas memegang ponsel dengan berbagai merk. Dan mayoritas ini dimilki. Begitu besar pengaruh yang ada didalam ponsel itu. Dan di sinilah potensi startup tumbuh,” terangnya.

Tapi, sambung Hatta, banyak definisi yang agak berbeda dalam menjelaskan arti startup. Terutama dari cara mengategorikan mana yang masih dianggap sebuah startup dan mana yang bukan. Banyak juga yang menghubungan startup dengan sisi teknologi.

”Tumbuh startup di sana-sini. Tapi frame-nya sama. Buka cafe. Bikin warung kopi, buka usaha untuk tempat nongkrong di mana-mana. Artinya ada yang salah dalam Avitamin yang menumbuhkan semangat kami,” pungkas pendiri SMSI itu.(robby)