ASAD Jaya Perkasa Purwakarta Berikan Kontribusi Positif untuk Timnas Indonesia U-16

JABARNEWS | PURWAKARTA – Gelaran Piala AFF U-16 merupakan momen spesial bagi sekolah sepakbola ASAD Jaya Perkasa Purwakarta. Pasalnya, sebanyak 5 pemain SSB tersebut menghuni skuad Timnas U-16 yang berlaga di gelaran regional Asia Tenggara itu.

Mereka adalah Yadi Mulyadi, Hamsa Medari Lestahulu dan Muhammad Fajar Faturrahman. Tak ketinggalan ada nama Ahludz Dzikri dan Muhammad Talaohu. Semuanya merupakan siswa terbaik dan sering memenangkan berbagai kejuaran sepakbola junior baik nasional maupun internasional.

Para pemain tersebut memberikan kontribusi positif pada skuad binaan Fachri Husaini. Terakhir, mereka berhasil mengandaskan harapan timnas negeri jiran Malaysia untuk berlaga di babak final. Garuda U-16 mengalahkan tim Harimau Malaya dengan skor 1-0 melalui titik putih.

Alhasil, Timnas U-16 Indonesia melaju ke laga terakhir dan akan menghadapi Timnas U-16 Thailand.

Baca Juga:  Soal Sampah di Bandung, Aksi Kang Pisman Harus Lebih Konkret di Warga

“Alhamdulillah puji syukur, anak-anak berhasil memberikan sumbangsih atas kemenangan Timnas U-16. Beberapa jam lalu, lawan kita di final sudah ada, yaitu Thailand. Saya yakin mereka bisa juara,” kata Habib Alwi Hasan Syu’aib Kamis (9/8/2018) malam.

Dia merupakan Manajer ASAD Jaya Perkasa. Bersama Mantan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, dirinya keluar masuk desa untuk mencari bibit muda pemain sepakbola. Filosopi desa ini kemudian dimasukan ke dalam nama SSB. ASAD berarti Asli Sepakbola Anak Desa.

Putera ulama kharismatik Purwakarta, Habib Hasan Syu’aib itu turut mendampingi anak didiknya di Sidoarjo, Jawa Timur dalam gelaran Piala AFF U-16. Dia menceritakan, hasil ini merupakan buah dari perjuangan keras semua pihak.

Sejak Tahun 2013, pemikiran kultural Ketua DPD Partai Golkar Jabar itu diadopsi menjadi peraturan ASAD. Di antaranya, anak SSB ASAD Jaya Perkasa diharuskan bangun tidur sebelum ayam berkokok.

Baca Juga:  ASO di Jabar Belum 100 Persen, Diskominfo: Itu Tanggung Jawab Pusat!

Ini berarti mereka harus bangun di waktu subuh dan melaksanakan salat subuh berjamaah. Setelah itu, siswa diharuskan mengaji sebelum melahap berbagai menu latihan.

“Anak ASAD yang muslim shalat subuh berjamaah kemudian mengaji. Teman-temannya yang non-muslim menyesuaikan mempelajari kitab agamanya. Intinya, bangun pagi menjadi kewajiban. Ini belajar karakter,” ujar Alwi menirukan gaya bicara Dedi Mulyadi.

Kekuatan Kultur

Pemilihan anak desa untuk menjadi siswa ASAD bukan tanpa alasan. Menurut Alwi, kultur anak desa cenderung kuat dan tidak cengeng saat menerima pengajaran. Meskipun, dia mengakui bahwa kultur tersebut ada di anak kota dalam frekuensi yang tidak massif.

“Kuat dalam berbagai hal dan mudah diarahkan, tidak cengeng. Ini terus terang saja melatarbelakangi saya dan Kang Dedi untuk terus ‘apruk-aprukan’ (menjelajahi) desa. Kita konsisten mencari bibit pemain sepakbola,” katanya.

Baca Juga:  Gunung Anak Krakatau Kembali Erupsi, Kolom Abu Capai 3.000 Meter

Saat dikonfirmasi, Dedi Mulyadi mengamini keterangan koleganya tersebut. Fans fanatik klub premier league Chelsea itu mengaku saat ini sedang melanjutkan tren positif pembinaan. Momen Agustusan dia gunakan untuk menggelar turnamen sepakbola.

Batas usia di bawah 15 tahun ditentukan agar dapat diarahkan menjadi pemain sepakbola profesional. Selain itu, para orang tua diwajibkan menonton pertandingan mereka untuk memberikan dukungan moral.

“Nanti masuk seleksi kita, ada kontrak sampai umur 18 tahun kita bina menjadi pemain sepakbola modern. Kalau berprestasi tidak boleh dulu menjadi model iklan, harus fokus. Kita sekarang ada turnamen sampai Desember, 4 kabupaten kita libatkan,” ucapnya. [jar]

Jabarnews | Berita Jawa Barat