Kisah Pengabdian Hadjarudin, 50 Tahun Jadi Guru Honorer di Pelosok Bandung Barat

Hadjarudin Supiana bersama siswanya. (foto: detik.com)

“Tahun itu juga saya sempat ikut tes jadi PNS, tapi gagal. Kalau teman saya ada yang lulus, tapi dibantu ‘orang dalam’. Ya akhirnya saya terima nasib begini,” tutur Hadjar.

Sambil duduk di lantai kayu tempat tinggalnya yang sederhana, Hadjar bercerita soal rutinitasnya mengajar sebagai guru honorer. Menapaki jalan terjal di tempatnya tinggal untuk menuju sekolah tercinta setiap hari. Kurang lebih Hadjar harus menempuh jarak 5 kilometer dari rumah ke sekolahnya.

Baca Juga:  Bang Zul dan Kang Emil Sepakati Pembangunan Ekonomi Kreatif NTB-Jabar

“Dulu rumahnya dekat sekolah (di Cilangari, KBB), kemudian pindah ke rumah saudara di Cianjur dengan saudara. Kurang lebih setengah jam kalau jalan kaki kadang diantar naik motor oleh anak angkat,” ujar Hadjar.

Baca Juga:  Jabar Dalam Upaya Penanganan Bencana Alam

Gaya berpakaiannya pun tak necis-necis amat. Ia hanya mengenakan pakaian batik atau koko secara bergantian. Tak lupa jaket pemberian dari sekolah, tas selempang, dan tentunya peci hitam untuk menutupi rambutnya yang memutih.

Suaranya halus dan lembut, mungkin karena sudah memasuki usia senja kini suara Hadjar tak terlalu jelas. Pun demikian dengan pendengarannya yang mulai agak samar hingga lawan bicaranya mesti agak teriak sedikit.

Baca Juga:  PMK di Bandung Barat Kian Meresahkan, Akibatnya Peternak Merugi Miliaran Rupiah

“Kalau saya bagaimana kepala (sekolah) saja, mau dipakai terus atau tidak. Tapi sekarang juga saya hanya ngajar kelas 3, soalnya ada guru honorer baru,” kata Hadjar.