“Jika rusak, pembelajaran sekolah akan tetap dilakukan, mereka anak mengunakan tenda. Ada juga yang buka shif, pagi dan siang,” ungkapnya.
Di sisi lain, Dedi menjelaskan bahwa yang paling penting saat ini adalah trauma healing. Dia mengaku, pihaknya sudah berkodinasi dengan PPKB dan ada 11 tim yang melakukan trauma healing, pendampingan psikologis pada anak-anak korban bencana.
“Kenapa harus dilalukan (trauma healing) karena tanggal 5 desember mereka anak melakukan UAS. Maka pada uas ini jangan sampai berdmapk pada terhadap mereka pasca gempa,” jelasnya.
“Kita sudah sampaikan kepada ibu, bapak sekolah agara pada UAS tolong ada indikator ramah anak, terkait soal soal dan sebagainya, jangan disamakan dengan orang yang mendapatakan trauma pasca gempa,” tandasnya. (Red)