“Usia pensiun di Indonesia itu 56 sampai 57 tahun. Itupun kalau kita bisa terus survive untuk bekerja di perusahaan. Ada yang bahkan sebelum usia pensiun terpaksa berhenti bekerja karena berbagai alasan. Maka dari itu, kita harus memikirkan risiko-risiko tersebut, agar punya keleluasaan dan ketenangan dalam menjalani hidup, “katanya.
Sementara itu, di dalam seminar, Head of Strategic and Business Development Sinarmas Sekuritas, Eyfrel Likuajang menjelaskan bahwa salah satu hambatan dalam merencanakan keuangan adalah tergiur iming-iming keuntungan yang besar, seperti yang dialami banyak korban investasi palsu atau investasi bodong.
“Sebagian besar korban terbuai dengan iming-iming hasil besar dan berpikir bahwa ada cara cepat mendapat keuangan. Seperti ini ciri khas dari investasi bodong, “katanya.
Sementara, Chief Investment Officer Sinarmas Asset Management, Genta Wira Anjalu menjelaskan bahwa dalam berinvestasi terdapat banyak strategi yang dapat disesuaikan dengan profil risiko dari masing-masing investor.
“Investasi adalah lawan dari inflasi. Lantas Instrumen investasi apa yang paling baik? Berdasarkan kinerja tahun 2009 sampai 2019, maka saham memiliki return paling tinggi 11,7 persen p.a, disusul obligasi 9,88 persen p.a, emas -3.62 persen p.a, serta deposito 5 persen p.a. Meski demikian dari total lebih dari 700 emiten di pasar modal hanya 30 persen di antaranya yang memberikan return lebih tinggi dari IHSG. Untuk itu pentingnya menimbang kembali profil risiko masing-masing untuk menyesuaikan dengan tujuan keuangannya,”jelas Genta.