Yogie Mochamad dan Babak Baru Kepolitikan

Yogie Mochamad
Yogie Mochamad. (foto:istimewa)

Tanpa data ber-akurasi memadai, sulit bagi Kabupaten Purwakarta untuk sampai pada level sekaligus capaian yang melampaui kondisi saat ini (existing). Sebaliknya, kemungkinan terbesar adalah terciptanya kondisi status-quo berkelanjutan. Situasi yang tentu saja kontra-produktif dalam konteks pembangunan daerah Purwakarta.

Hasil-hasil penelitian berbasis temuan lapangan (field evidence) menunjukkan hasil bahwa tanpa basis data yang ajeg, aksi pembangunan berujung implikasi negatif : mulai dari misalokasi anggaran, program tidak tepat sasaran, korupsi dan pada akhirnya kegagalan pembangunan (failed develpoment) itu sendiri (Arsyad, et.al : 2019). Sjaf (2022) menegaskan pola yang bisa dipahami dalam kerangka sebab-akibat. Yaitu : data semu/tidak akurat (pseduo-data) menghasilkan pembangunan semu (pseudo-development). Seakan-akan pembangunan mencapai keberhasilan. Padahal, sesungguhnya bias atau malah gagal sama sekali.

Baca Juga:  Kinerja Camat di 2 Daerah Ini Mendadak Bakal Dievaluasi Bupati Purwakarta, Ada Apa?

Tentu saja, situasi ini harus disudahi. Dan untuk menyudahinya jelas diperlukan orang dan/atau kelompok yang dalam kerangka pikir Gramsci dikenal sebagai “intelektual organik”. Atau, dalam pengertian Bourdieu, disebut “intelektual kolektif” (Sjaf, 2022).

Baca Juga:  Dadan Tri, Beri Bantuan Korban Gempa Garut

Apakah Yogie Mochamad akan hadir secara sadar dan partisipatif dalam barisan kebaruan berkemajuan ini? Patut ditunggu. Selebihnya, adalah bergerak dan bekerja dalam barisan yang rapi, solid dan teratur.

Baca Juga:  Rancangan Perpres Tentang Perusahaan Platform Digital: Kebiri Gaya Baru Pemerintah dan Khianati Kebebasan Pers

Wallahu’alam bis showab. Di lapangan kita buktikan! (*)

Oleh : Widdy Apriandi

*) Direktur Eksekutif Lingkar Studi Pembangunan Purwakarta, saat ini dalam studi Pasca Sarjana – IPB University