Lagi, Ridwan Saidi Sebut Tak Ada Candi di Batujaya Karawang

JABARNEWS | KARAWANG – Ridwan Saidi usai menghebohkan masyarakat Ciamis dengan pernyataan yang menyebutkan bahwa di Ciamis tidak ada Kerajaan dan mengartikan galuh ialah brutal. Kini, kembali melontarkan hal kontroversial tentang Situs Batujaya Karawang.

Dalam akun Youtube Macan Idealis, yang berjudul “Geger !! Akhirnya Terungkap Rahasia Dibalik Sejarah Situs Batu Jaya dan Kebohongan Sejarah” Ridwan Saidi menyebutkan jika tak ada satupun candi di Situs Batujaya Karawang.

Pernyataan dan klaim Ridwan itu bertolak belakang dengan kesepakatan sejumlah arkeolog. Hasil penelitian Balai Arkeologi Jawa Barat menyebut jika di Situs Batujaya terdapat 62 candi dan sejumlah peninggalan lainnya. Saat ini, pemerintah telah menetapkan situs Batujaya sebagai Cagar Budaya Nasional.

Penetapan itu tertuang dalam surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI nomor 70/M/2019 tentang Kawasan Cagar Budaya Batujaya Sebagai Kawasan Cagar Budaya Tingkat Nasioal.

Baca Juga:  Belasungkawa Atas Kepergian Eril, Ridwan Kamil Didatangi Chairul Tanjung, Dipo Alam, dan Sutiyoso

Surat itu diteken Menteri Muhadjir Effendy pada 11 Maret 2019 di Jakarta. Situs Batujaya juga dikenal sebagai salah satu lokasi wisata unggulan Kabupaten Karawang. Setiap tahun situs tersebut rutin dikunjungi umat Budha dari seluruh Indonesia dan dunia.

Sedangkan menurut Ridwan, terkait bangunan yang ada di Situs Batujaya bukan candi Budha yang dibuat zaman Kerajaan Tarumanegara. Candi Jiwa di Situs Batujaya menurut Ridwan hanyalah makam dari Raman, pengikut Ratu Syeba dari Ethiopia.

“Di (situs) Batujaya itu bukan candi. Kalau kita bicara dengan penduduk, penduduk mengatakan itu unur. Bukan candi,” kata Ridwan saat menjawab pertanyaan Vasco Ruseimy yang diunggah pada Senin pagi (17/2/2020).

Ia lantas mengklaim menukil pernyataan Bujangga Manik dalam naskah Sunda lama, Lalampahan Bujangga Manik. Menurut Ridwan, saat sampai di Batujaya, Bujangga Manik tak menyebut kata candi di sana. Menurut Ridwan Bujangga Manik menyebut situs Batujaya dengan ‘Ramanea’.

Baca Juga:  Satgas Covid-19 Purwakarta Imbau Masyarkat Tak Bepergian Saat Libur Nataru

Apakah Ramnea? Menurut Ridwan, Ramanea berasal dari kata Raman atau Tuanku Raman.

“Bujangga Manik dari abad ke 14 mengatakan jika melewati suatu bangunan yang beliau katakan itu ramanea atau keramanan,

kata dasarnya Raman.” tutur Ridwan.

Ridwan menjelaskan, pada 20 tahun lalu bicara dengan penduduk itu, mereka mengatakan Tuanku Raman. Geovani, historian Italia dari abad 15 menyatakan Raman ini adalah rombongan Queen of Sheba.

Ratu Syeba dikenal sebagai ratu legendaris dari Ethiopia. Menurut Ridwan dalam video itu, Ratu Syeba melakukan perjalanan hingga ke Nusantara pada abad ke-2 masehi.

“Queen of Sheba kan kunjungannya abad ke-2. Dia diusir dari Ethiopia abad ke-2 lalu pergi ke Nikobar India, dia masuk ke Sipiro, dia pergi ke Minangkabau, lanjut ke Jambi, ke Lampung akhirnya menyeberang ke Batujaya Karawang dan berakhir di Cipari,” katanya.

Baca Juga:  Jadwal SIM Keliling Kota Bandung 14 September 2018

“Jadi Jenazah Tuanku Raman sampai sekarang masih utuh karena jenazah itu diletakkan di atas air yang bergerak terus, sampai sekarang air itu masih bergerak, jadi dia masih utuh, ini berakibat kepada lumpur-lumpur atau comberan solokan di Batujaya agak ke dalem,” ujar Ridwan.

Setelah Raman meninggal dan dimakamkan di Candi Jiwa, kata Ridwan rombongan Ratu Syeba meneruskan perjalanan hingga ke Cipari, Kabupaten Kuningan. Di sana, sang ratu meninggal. “Itulah akhir perjalanan Queen of Sheba. Di sana ada sarkofagus itu peti jenazah terbuat dari batu, ada taman ada menhir, kalau kita usap itu muncul siluet Queen of Sheba. Apakah di situ beliau wafat dan dimakamkan? Bisa iya,” kata Ridwan. (Red)