Petani Kecewa, Pemerintah Tak Adil Bagi Air

JABARNEWS | KAB INDRAMAYU – Ketua Kelompok Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Kandanghaur, Waryono Batak mengatakan puluhan hektare tanaman padi di wilayah pantura Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, mengalami puso, bahkan petani semangka juga terancam gagal panen.

Waryono pun menyebut, sedikitnya 50 hektare tanaman padi umur 60 hari setelah tanam di Desa Karangmulya mati kering. Ratusan hektare lainnya tinggal menunggu waktu saja untuk menyusul.

“Yang gagal panen itu di Blok Sekar Petak. Di blok lain tinggal tunggu giliran,” ungkap dia kepada radarcirebon.com.

Baca Juga:  Arus Balik Mudik di Garut: Pemudik Ditemukan Tewas di Pinggir Jalan, Polisi Beberkan Hal Ini

Lanjutnya, hal itu gara-gara tak dapat pasokan air, terutama dari saluran irigasi Bendung Rentang Jati Gede maupun Cipanas Sumur Watu yang dalam sebulan terakhir mengalami kekeringan.

Padahal sejak sebulan lalu, petani sudah meminta perhatian serius dari stakeholder terkait. Agar pasokan air untuk areal persawahan di wilayah Kandanghaur diprioritaskan. Jadwal gilir giring air mestinya dipatuhi dan diamankan demi menyelamatkan tanaman padi yang terancam puso.

Namun nyatanya, kejadian seperti awal tahun lalu kembali terjadi. Karena itu dia menuding, pemerintah kurang bijak dalam pembagian air alias tidak adil. Kinerja mantri pengairan, jajaran UPTD, PUPR, Dinas Pertanian disebutnya tidak maksimal.

Baca Juga:  Resmikan Bale Waluya, Kadisdik Purwakarta Harap dapat Mendorong Kembangkan Psikologi Anak

“Mereka tahu situasi di lapangan, tapi pas jadwal giliran air kita tidak pernah kebagian. Makanya saya tuh kadang malas ikut rapat-rapat. Jadwal sudah dibuat, tapi praktiknya air tidak pernah sampai,” tegas dia.

Menghadapi musibah ini, petani hanya bisa pasrah. Upaya untuk melakukan tanam ulangpun dirasa percuma lantaran biaya operasionalnya terbilang tinggi.

Baca Juga:  Empat Nutrisi Ini Ternyata Bisa Cegah Penyakit Pneumonia

Salah seorang petani, Abah Acong membenarkannya. Namun ia dan petani lainnya berusaha membuat sumur pantek sebagai alternatif mendapatkan sumber air. Sayangnya, belakangan air yang keluar dari dalam tanah justru berasa asin.

Selain tanaman padi, kebun semangka miliknya juga tak bisa berproduksi dengan baik.

“Buahnya kecil-kecil, hasil panen anjlok. Normalnya 25 ton per haktare, sekarang paling dapat 2 ton,” keluh dia. (Vie)

Jabarnews | Berita Jawa Barat