Refleksi Ramadhan Berkebudayaan di Tunisia

Universitas Zaitunah Tunisia
Mahasiswa Universitas Zaitunah Tunisia Nata Sutisna. (Foto Istimewa).

Selain ikut memeriahkan Ramadan di Ibu Kota, saya juga mengunjungi kota Zaghouan, sebuah wilayah kecil yang tidak jauh dari kota Tunis. Perjalanan ke kota tersebut bisa ditempuh 40 menit. Tujuan saya berkunjung ke kota ini karena ingin menyaksikan kegiatan Ramadannya. Apakah benar bahwa semarak Ramadan berkebudayaan itu digelar di seluruh kota di Tunisia Ternyata jawabannya benar, dan masing-masing kota di Tunisia memiliki caranya tersendiri dalam memeriahkan Ramadan.

Zaghouan menarik perhatian saya karena kota kecil ini memiliki pemandangan yang hijau dan dipenuhi oleh pegunungan. Sungguh, berada di kota Zaghouan, mengingatkan saya pada kampung halaman di Indonesia. Daerahnya yang asri dan hijau, membuat saya betah untuk menginap selama tiga hari di rumah seorang teman, sembari merasakan nuansa Ramadan di perkampungan Tunisia.

Baca Juga:  Jelang Ramadhan, Warga Subang Dihebohkan Telur Palsu Dibungkus Silikon, Berikut Faktanya

Selain itu, kota Zaghouan juga dikenal sebagai kota yang banyak ditempati oleh para kaum sufi di masa lalu. Salah satunya adalah Syaikh Sidi Ali Azouz, seorang sufi yang berasal dari keluarga bangsawan di Fez, Maroko. Ia hijrah dari Maroko dan menetap di Tunisia pada tahun 1672 M. Salah satu kisahnya yang membuat saya takjub adalah, semasa hidup, ia mendermakan hartanya untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan kemanusiaan.

Baca Juga:  Pernyataan Presiden Jokowi Soal Kegiatan Open House Lebaran, Apakah Akan Dilarang Layaknya Bukber Puasa?

Sebagai seorang Ulama Sufi, Sidi Ali Azzouz memiliki banyak murid yang belajar kepadanya. Namun, segala kebutuhan murid-muridnya, dari mulai uang saku, makanan, hingga tempat tinggal, justru berasal dari harta pribadinya. Kisah ini sesungguhnya menginspirasi saya, karena ternyata semakin kuat dan dekat hubungan seorang manusia dengan Tuhannya, semakin besar kepeduliaan ia kepada sesama.

Baca Juga:  Barang Ekstrakomptabel dalam Penatausahaan Barang Milik Negara

Sebab itu, makna seorang ulama sufi bagi warga Tunisia, tidak diartikan sebagai seorang yang menyendiri dan tidak peduli terhadap kepentingan orang lain, tetapi dimaknai sebagai orang yang seimbang antara hubungan dengan Tuhannya (hablumminallah) dan hubungan dengan sesamanya (hablumminannas). Hal tersebut harus menjadi motivasi bagi kita, bahwa ilmu pengetahuan yang kita miliki, seyogianya mampu melahirkan kepeduliaan dan kasih sayang terhadap sesama.