Banyak Alamat Palsu dan Titipan, Gus Ahad Minta Kementerian Evaluasi Sistem PPDB

DPRD Jabar
Wakil Ketua Komisi V DPRD Jabar Abdul Hadi Wijaya. (Foto: Rian/JabarNews).

Fenomena-fenomena tersebut juga semakin menegaskan ada PR besar bagi pemerintah, khususnya di Jawa Barat. Yakni, terjadinya hal ini salah satunya dikarenakan lambannya pertumbuhan sekolah baru.

“Kemudian, masih berkembangnya istilah sekolah favorit di masyarakat, karena bagaimana pun usaha Pemda untuk menghilangkan sekolah favorit ini sulit. Artinya, Pemda harus lebih serius. Termasuk juga membuka sekolah terbuka,” ujarnya.

Baca Juga:  DPRD Jabar Dorong Potensi PAD dari Sektor Luar Pajak

Pemda juga harus memperhatikan sekolah swasta, naikkan bantuan KETM. “Ubah konsep pembiayaan dari “sekolah negeri gratis untuk semua”, menjadi “sekolah negeri dan swasta gratis untuk semua masyarakat miskin”,” ucapnya.

Baca Juga:  Soal Pelebaran Jalan Cikarang-Cibarusah, DPRD Jabar: Harus Jadi Solusi Kemacetan

Sementara itu Koordinator Koalisi Pemantau Pendidikan Jawa Barat (KPPJB), Erwin Permadi mengatakan, Pemerintah Provinsi Jabar melalui Dinas Pendidikan harus memiliki bargaining position terkait kebijakan PPDB.

Baca Juga:  Pembahasan LKPJ, Pansus II DPRD Jabar Serap Rekomendasi dari Komisi

“Pemprov Jabar bisa mengirimkan utusannya pada rapat koordinasi nasional dan menyampaikan persoalan PPDB sehingga didapat solusi yang bersifat nasional. Jangan sampai ketika ada kebijakan pusat, khususnya dalam PPDB ini, hanya menerima dengan pasrah begitu saja,” kata Erwin.