Pengamat UGM: Pemilu 2024 Semakin Dekat, Diskursus Masih Terjebak pada Isu Figur Bukan Program

Sistem Informasi Partai Politik (Sipol) rawan serangan siber. (foto: istimewa)

Potensi Hoaks Sangat Tinggi
Ditempat yang sama, Pakar Komunikasi Politik UGM, Nyarwi Ahmad menyinggung soal potensi penyebaran hoaks atau disinformasi menjelang tahun politik 2024.

Menurut Nyarwi Ahmad, disinformasi berpeluang tumbuh subuh ditengah lanskap masyarakat modern yang lekat dengan penggunaan media sosial, dan di tengah pertarungan politik dengan polarisasi yang kuat.

Baca Juga:  Parpol di Purwakarta Segara Laporkan Dana Kampanye, KPU Ingatkan Ancaman Diskualifikasi

“Dalam dunia politik informasi menjadi oksigen, kunci yang menggerakkan semua persepsi bahkan semua perilaku. Kalau zaman dulu dari media massa ada gatekeeper teman-teman wartawan. Disini siapa pun bisa jadi content creator. Di sini ada peluang hoaks dengan mudah diproduksi dan dengan cepat tersebar,” tambah dia.

Upaya menekan penyebaran hoaks kata Nyarwi Ahmad, memang telah bermunculan, baik berupa gerakan literasi dari berbagai kalangan masyarakat maupun upaya-upaya dari pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informasi.

Baca Juga:  Soal Ratusan Kader Mundur, Begini Tanggapan Ketua DPC Partai Demokrat Purwakarta

Selain itu, ada kecenderungan para elite politik kini juga cukup hati-hati dalam menyebarkan informasi melalui media sosial demi menjaga citra dirinya. Kondisi ini membawa harapan untuk meredanya hoaks.

Baca Juga:  PP Ciamis Siap Bersikap Profesional Terhadap Pemilu 2024

Namun kunci penentu dipegang oleh para elite politik, dan kesadaran mereka dalam melakukan komunikasi politik secara bijak.

“Kembali lagi pada aktor elite politik, sejauh mana mereka punya kesadaran itu. Bermain dengan hoaks itu seperti main api, bisa merugikan para aktor yang berkontestasi juga,” ucapnya.