Tolong… 39.565 KK Di Kabupaten Ciamis Butuh Air Bersih

JABARNEWS | CIAMIS – Kabupaten Ciamis tercatat sebagai daerah yang mengalami kekeringan terparah di Jawa Barat. Itu berdasarkan catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat sejak mengalami musim kemarau dua bulan terakhir.

Dilansir harapanrakyat.com, BPBD Jabar mencatat sebanyak 39.566 KK di Kabupaten Ciamis mengalami krisis air bersih. Sementara 9273 hektar lahan pertanian mengalami kekeringan. Kondisi itu terjadi di seluruh kecamatan (27 kecamatan) di wilayah Kabupaten Ciamis.

Kabid Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ciamis, Ani Supiani mengatakan, kekeringan akibat kemarau yang terjadi di wilayah Kabupaten Ciamis kini sudah menyebar ke seluruh kecamatan.

Biasanya, tambah dia, daerah yang rawan kekeringan terjadi di delapan kecamatan, yakni Kecamatan Banjarsari, Banjaranyar, Pamarican, Lakbok, Cijeungjing, Cisadap Ciamis, Rancah dan Rajadesa.

’’Sekarang di seluruh kecamatan ada daerah yang mengalami kekeringan. Namun, kondisi terparah memang terjadi di 8 kecamatan yang rawan kekeringan tersebut. Tapi untuk tahun ini, ditambah Kecamatan Cidolog yang sama banyak daerah yang mengalami kekeringan,” ujarnya.

Baca Juga:  Ulang Tahun Ke 56, Yonarmed 9 Santuni Anak Yatim

Ani menambahkan, banyaknya daerah di wilayah Kabupaten Ciamis yang mengalami kekeringan karena dipengaruhi dari kondisi tanah yang kebanyakan berada di dataran tinggi atau perbukitan. Sehingga sumber air warga yang mengandalkan dari sumur cepat sekali mengalami kekeringan ketika terjadi musim kemarau.

’’Membuat sumur agar mendapatkan air yang memadai harus menggali lebih dari 15 meter. Meski sudah digali cukup dalam, namun kalau musim kemarau tetap saja sumurnya kering. Warga yang berada di dataran tinggi pun kesulitan mendapatkan sumber air, meski sudah menggali hingga kedalaman 15 meter lebih di saat musim kemarau,” ungkapnya.

Menurut Ani, sebenernya warga yang berada di dataran tinggi masih bisa terbantu dari aliran air pegunungan. Namun, beberapa fasilitas weslik yang sebelumnya dibangun pemerintah, sekarang kondisinya rusak. Sebagian besar pipa weslik yang mengalirkan air dari pegunungan ke permukiman penduduk banyak yang bocor.

Baca Juga:  Polres Purwakarta Sosialisasikan Bahaya Narkoba kepada Pengemudi Ojek

’’Selain itu, di beberapa daerah yang terdapat sumber mata air, juga terdapat kendala. Karena posisi mata air berada di bawah permukiman penduduk. Sehingga warga harus membeli pompa dan pipa untuk menarik air ke rumahnya. Tidak semua warga mampu membeli pompa air. Akhirnya, mereka mengambil air dari sumber mata ari dengan menggunakan jerigen,” ujarnya.

Meski terdapat air dari pegunungan dan sumber mata air, lanjut Ani, namun di sebagian daerah di Kabupaten Ciamis kondisi airnya keruh dan tak layak untuk keperluan mandi apalagi memasak.

’’Jadi penyebab kekeringan di Ciamis dipengaruhi berbagai faktor. Untuk membantu warga yang mengalami krisis air bersih, akhirnya harus dikirim melalui mobil tanki,” ungkapnya.

Baca Juga:  2 Gadis Hilang , Diduga Dibawa Kabur Anak Punk

Ani mengungkapkan, pihaknya telah menerima surat dari BMKG Stasiun Geofisika Kelas I Bandung, mengenai informasi prakiraan cuaca, bahwa Kabupaten Ciamis termasuk wilayah yang rawan mengalami kekeringan.

Dalam surat itu pun, terang Ani, musim kemarau tahun ini diprediksi terjadi dari April hingga Oktober. Bahkan, untuk fenomena El Nino dan La Nina, kemungkinan akan berlangsung normal pada bulan November.

Pihaknya, lanjut Ani, sudah melakukan aksi pengiriman air bersih untuk menanggulangi masalah kekeringan di Kabupaten Ciamis.

’’Kalau warga di 8 kecamatan tadi setiap mengalami kemarau pasti mengalami kekeringan. Namun, kondisi tahun ini berbeda, dimana kecamatan yang biasa tidak mengalami kekeringan pun sekarang kondisinya sama,” pungkasnya. (Abh)

Jabarnews | Berita Jawa Barat